Rabu, 25 Maret 2015
RANAH PEKSOS SEMAKIN LUAS
CIPUTAT - Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia serta Direktorat
Jendral Pemasyarakatan menjalin kerjasama dengan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penandatangan Momerandum Of Understanding(MOU)
dilakukan dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Program Studi
Kesejahteraan Sosial, di Auditorium Utama Prof. Dr. Harun Nasution, Kemaren
(25/03). MOU tersebut bertujuan agar lulusan Kesejahteraan Sosial atau
biasa disebut Peksos (Pekerja sosial) dapat membina jiwa narapidana (napi)
sehingga ketika kembali ke masyarakat tidak mengulangi kesalahannya lagi.
Menurut Siti Napsiyah Ariefuzzaman, Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial, kerjasama ini memberi manfaat bagi mahasiswa agar memotivasi
dan belajar mengenal karakter napi. “Bagi mahasiswa nantinya bisa praktikum di
Lembaga Pemasyarakatan, dan alumni kesejahteraan sosial bisa menjadi PNS di
Kementerian Hukum dan HAM,” ujar Napsiyah.
Sedangkan, menurut Direktorat Pemasyarakatan, Handoyo Sudrajat,
Pekerja Sosial (Peksos) mempunyai ilmu sosial yang bisa diterapkan kepada
masyarakat untuk membuat program dalam mencegah kriminalitas. “Untuk pidana
ringan tidak harus dipidana, tetapi bisa diberikan efek pembelajaraan,
contohnya di hukum kerja bakti melalui binaan pekerja sosial,” kata Handoyo.
Berbeda dengan Arief Subhan, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunakasi, memandang kerjasama ini sebagai sesuatu yang biasa terjadi di setiap
jurusan yang penting nantinya lulusan kesejahteraan sosial bisa mengabdikan
dirinya di masyarakat. “Peksos bukan hanya bekerja di bidang kriminalitas
tetapi juga kemiskinan, anak jalanan, dan lain-lain,” ungkap Arief Subhan.
Dalam memberi binaan kepada masyarakat, Noor Rachmawaty, Presiden
Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjelaskan,
pembinaan antara Peksos dan masyarakat menjalin komunikasi seperti teman atau
saudara, sehingga tidak ada strata. “Jadi antara Napi dan Peksos tidak ada
jarak yang membatasinya karena kita semua sama,” jelas Noor.
Acara selanjutnya, penampilan Percussion Social Walfare yang
menggunakan barang bekas di lingkungan sekitar sebagai alat musik. Kemudian,
Seminar Nasional dengan tema “RESTORATIVE JUSTICE DALAM SISTEM PEMASYARAKATAN
GUNA MENGATASI KRIMINALITAS DAN
OVERKAPASITAS LAPAS DAN RUTAN DI INDONESIA,” dihadiri oleh pembicara Jamhari
Makruf (Guru Besar UIN Jakarta), Kanya Eka Santi (Ketua Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial Bandung), dan lain-lain.
TIFFANY NADIA SYIFA
Minggu, 01 Maret 2015
Setan Idola Mahasiswa
Angin malam semakin mencekam, lalu
lalang suara motor mulai meredup. Saat melintasi jalan Pisangan, Ciputat Timur tiba-tiba
mataku tertatap pada sebuah warung kecil di pinggir trotoar yang ramai dengan
antrean pembeli. Tak ragu-ragu aku menghentikan laju motor yang ku kerndarai dan turut ku parkir di deretan motor pembeli
lainnya.
Salah seorang pembeli Tafrikhul Fuady yang juga mahasiswa Uniersitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, rela menunggu berjam-jam untuk membelinya. Warung kecil dengan tempat grobak dorong yang beratapkan terpal itu akarab disebut ketoprak setan. Sebuah warung yang tak pernah sepi dari pengunjung.
Fuady mengungkapkan, ketoprak setan merupakan makanan khas bagi warga Ciputat. Ketoprak yang dijual pada malam hari dengan isi yang banyak namun harganya tetap merakyat. "Dengan dijual pada malam hari, cocok buat makan disaat kita ngumpul karena dua bungkus ketoprak setan bisa buat ber empat," ungap Fuady.
Hal yang sama juga di ungkan oleh Afrizal Rosikhul Ilmi, sebagai pengemar makanan pedas ia sangat puas yang dengan sambal bikinan ketoprak setan. "Walaupun mengantri, tapi karena enak murah dan tak kalah soal rasa ketoprak menjadi idola para mahasiswa baik UIN Syarif Hidayatullah ataupun kampus lain," tutur Ijal. (Ir. Ma'ruf)